Sabtu, 05 Maret 2022

Mazmur 147 1-11

Bahan Sermon Distrik I TABAGSEL-SUMBAR Tanggal 24 Desember 2021

EV: Mazmur 147: 1-11

I. Patujolo

Sebagian orang berpendapat bahwa mazmur ini ditulis setelah kembalinya orang-orang Yahudi dari pembuangan. Akan tetapi, mazmur ini sungguh selaras dengan Mazmur 145, sehingga lebih cenderung bahwa mazmur ini ditulis oleh Daud, dan apa yang dikatakan di dalamnya (ay. 2, 13) dapatlah diterapkan pada peristiwa pembangunan dan pembentengan Yerusalem untuk pertama kalinya pada masa Daud, dan pada peristiwa berkumpulnya orang-orang yang sebelumnya dibuang pada masa pemerintahan Saul. Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.) membaginya ke dalam dua bagian, dan kita dapat membaginya ke dalam bagian pertama dan bagian kedua, tetapi keduanya sama-sama penting. Kita dipanggil untuk memuji Allah (ay. 1, 7, 12). Kita diperlengkapi dengan pokok pujian, sebab Allah harus dimuliakan, 1. Sebagai Allah atas alam, dan dengan demikian Dia sangatlah besar (ay. 4-5, 8-9, 15-18).2. Sebagai Allah segala anugerah, yang menghibur umat-Nya (ay. 3, 6, 10-11) 3. Sebagai Allah Israel, Yerusalem, dan Sion, yang mendirikan kebangsaan mereka (ay. 2, 13-14), dan terutama menegakkan agama di tengah-tengah mereka (ay. 19-20).Mudah saja, dalam menyanyikan mazmur ini, untuk menerapkannya pada diri kita sendiri, baik itu yang berkenaan dengan rahmat-rahmat pribadi maupun bangsa, jika sama mudahnya bagi kita untuk melakukannya dengan sikap-sikap hati yang sesuai. 

II. Keterangan Nats

Sebuah Panggilan untuk Memuji Allah; Alasan-alasan untuk Memuji (147:1-11) Kewajiban memuji disarankan kepada kita. Bukan tanpa alasan bahwa kita dipanggil berulang-ulang untuk menunaikan kewajiban itu: pujilah Tuhan (ay. 1), dan lagi (ay. 7), bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi! (biarlah semua pujian kita terarah kepada-Nya dan berpusat pada Dia), sebab sungguh baik melakukan itu. Memuji adalah kewajiban kita, dan oleh sebab itu baiklah kewajiban itu dengan sendirinya. Memuji itu adalah kepentingan kita, dan oleh sebab itu baik bagi kita. Memuji itu perbuatan yang berkenan kepada Pencipta kita dan memenuhi tujuan penciptaan kita. Hukum yang dibuat untuknya kudus, adil, dan baik. Pelaksanaannya akan mendatangkan hal yang baik. Memuji itu baik sebab, Itu perbuatan yang menyenangkan. Sukacita atau kegembiraan kudus disyaratkan sebagai asas yang mendasarinya, dan itu menyenangkan bagi kita sebagai manusia. Memberikan kemuliaan kepada Allah merupakan rancangan dan pekerjaan dari tindakan memuji Allah, dan itu menyenangkan bagi kita sebagai orang-orang kudus yang diabdikan demi kehormatan-Nya. Memuji Allah adalah pekerjaan yang sudah merupakan upahnya sendiri. Itu seperti sorga di atas bumi. Itu adalah pekerjaan yang sudah seharusnya menjadi bagian penting dari diri kita.

Itu perbuatan yang layak. Memuji Allah adalah perbuatan yang sudah sepatutnya kita lakukan sebagai makhluk yang berakal, terlebih lagi sebagai umat yang terikat kovenan dengan Allah. Dalam memberikan kehormatan kepada Allah, kita sebenarnya mendatangkan kehormatan besar bagi diri kita sendiri. Perhatian-Nya terhadap umat pilihan-Nya (ay. 2).. Ia membingkaikan polanya dalam keputusan-keputusan kehendak-Nya sendiri. Ia mendirikannya dengan pemberitaan Injil-Nya. Setiap hari Ia menambahkan kepadanya orang-orang yang akan diselamatkan, dan dengan demikian membuatnya bertumbuh. Ia akan membangunnya sampai sempurna, membangunnya setinggi langit. Adakah di antara umat-Nya yang terbuang? Apakah itu terjadi kepada mereka karena kebodohan mereka sendiri? Ia mengumpulkan mereka dengan membuat mereka bertobat dan membawa mereka kembali ke dalam persekutuan orang-orang kudus. Adakah di antara mereka yang terpaksa dibuang oleh karena peperangan, kelaparan, atau penganiayaan? Ia membukakan pintu bagi kepulangan mereka. Banyak orang yang terhilang, dan sudah dianggap tersesat, dibawa kembali, dan orang-orang yang tercerai-berai pada hari berkabut dan berawan dikumpulkan bersama-sama kembali. Penghiburan-penghiburan yang telah disediakan-Nya bagi orang-orang yang sungguh-sungguh bertobat (ay. 3). Mereka patah hati, dan terluka, terhina, dan terganggu karena dosa, tersiksa batin ketika mengingatnya, seperti orang yang terluka parah. Hati mereka tidak saja tertusuk, tetapi juga terkoyak, karena merasakan penghinaan yang telah mereka perbuat terhadap Allah dan luka yang telah mereka goreskan pada diri mereka sendiri karena dosa. Kepada orang-orang yang disembuhkan-Nya dengan penghiburan-penghiburan Roh-Nya, Allah menyampaikan damai sejahtera, dan menyakinkan mereka bahwa dosa-dosa mereka diampuni, dan bahwa Dia berdamai dengan mereka, dan dengan demikian membuat mereka merasa lega. Ia mengoleskan balsam Gilead ke atas luka-luka yang berdarah, dan kemudian membalutnya, dan membuat mereka bergirang. Orang-orang yang sudah mengalami hal ini tidak perlu diajak-ajak lagi untuk memuji Tuhan. Sebab, sesudah mengangkat mereka dari lobang kebinasaan, dan menempatkan kaki mereka di atas bukit batu, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulut mereka (40:3-4). Dan untuk ini, biarlah orang lain memuji-Nya juga.

Kekuasaan yang berdaulat yang dimiliki-Nya atas terang-terang langit (ay. 4-5). Bintang-bintang tidak terhitung jumlahnya, banyak dari antara mereka hampir tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun Ia menghitung mereka, dan mengetahui jumlahnya secara persis, sebab mereka semua adalah buatan tangan-Nya dan alat-alat tindakan pemeliharaan-Nya. Jumlah dan kekuatan mereka sangatlah besar. Tetapi Ia menyebut nama-nama semuanya, yang menunjukkan kekuasaan-Nya dan penguasaan-Nya atas mereka, untuk memakai mereka sesuai dengan keinginan-Nya. Mereka adalah hamba-hamba-Nya, prajurit-prajurit-Nya. Ia mengumpulkan mereka, mengatur mereka. Mereka datang dan pergi sesuai perintah-Nya, dan segala pergerakan mereka ada di bawah arahan-Nya. Daud menyebutkan ini sebagai salah satu dari banyak contoh, untuk menunjukkan bahwa besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan-Nya(Ia dapat melakukan apa yang disenangi-Nya), dan kebijaksanaan-Nya melampaui segala perhitungan, sehingga Ia dapat merancangkan segala sesuatunya untuk yang terbaik. Pengetahuan manusia cepat habis, dan Engkau menentukan seberapa panjangnya pengetahuan manusia itu. Sampai di situlah kebijaksanaan yang dapat dijangkau manusia itu, tidak lebih. Tetapi pengetahuan Allah adalah suatu kedalaman yang tidak akan pernah terpahami.

Kesenangan-Nya dalam merendahkan orang-orang congkak dan meninggikan orang-orang yang terhina (ay. 6): TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, yang merendahkan diri di hadapan-Nya, dan yang diinjak-injak oleh manusia. Tetapi orang-orang fasik, yang berlaku kurang ajar terhadap Allah dan penuh penghinaan terhadap semua manusia, yang meninggikan diri mereka dalam kesombongan dan kebodohan, direndahkan-Nya sampai ke bumi, kadang-kadang dengan tindakan-tindakan pemeliharaan yang merendahkan mereka di dunia ini, dan setidaknya pada hari ketika wajah mereka akan dipenuhi dengan aib kekal. Allah membuktikan diri-Nya sebagai Allah dengan mengamat-amati setiap orang yang congkak, dan merendahkan mereka (Ayb. 40:6).. Persediaan kebutuhan yang dibuat-Nya bagi makhluk-makhluk yang lebih rendah. Walaupun begitu besar sampai memerintah bintang-bintang, Ia begitu baik sampai tidak melupakan anak-anak burung gagak (ay. 8-9). 

Bukan kekuatan pasukan – bukan pada pasukan berkuda, sebab Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, kuda perang, yang terkenal akan keberaniannya (Ayb. 39:22, dst.) – atau pada pasukan tentara, sebab Ia tidak senang kepada kaki laki-laki. Yang dimaksudkan-Nya bukan kecepatan mereka untuk berlari, meninggalkan medan perang, melainkan kemantapannya untuk menyerang, untuk tetap bertahan. Jika seorang raja, yang sedang berperang melawan raja lain, datang kepada Allah untuk berdoa meminta keberhasilan, maka tidak akan ada gunanya bagi dia untuk berseru, “Tuhan, aku memiliki pasukan yang gagah berani, pasukan kuda dan prajurit yang teratur dengan baik, sungguh sayang jika mereka harus menanggung aib kekalahan.” Alasan ini tidak akan diterima oleh Allah ( 20:8). Alasan Yosafat jauh lebih baik: ya Allah, kami tidak mempunyai kekuatan (2 Taw. 20:12). Sebaliknya,) Allah bersuka untuk mengakui kekuatan anugerah. Perhatian yang sungguh-sungguh dan yang layak mendapat perkenan Allah adalah perhatian yang dalam pandangan-Nya sangat menghargai tinggi anugerah-Nya. Tuhan menerima dan senang kepada orang-orang yang takut akan Dia dan yang berharap akan kasih setia-Nya.

 Rasa takut yang kudus akan Allah yang disertai dengan pengharapan kepada Dia bukan saja harus ada, tetapi juga harus berpadu. Di dalam hati yang sama, pada waktu yang sama, harus ada baik itu penghormatan terhadap keagungan-Nya maupun kepuasan dalam kebaikan-Nya, baik itu kengerian yang dilandasi rasa percaya akan murka-Nya maupun pengharapan yang dilandasi rasa percaya akan kebaikan hati-Nya. Bukan berarti bahwa kita harus seterusnya tergantung dalam ketegangan antara pengharapan dan ketakutan, tetapi bahwa kita harus bertindak di bawah kendali pengharapan dan ketakutan yang memberi rahmat kepada kita. Ketakutan kita harus menyelamatkan pengharapan kita agar tidak membengkak menjadi kesombongan, dan pengharapan kita harus menyelamatkan ketakutan kita agar tidak tenggelam ke dalam keputusasaan. Seperti itulah kita harus melakukan pekerjaan yang ada di hadapan kita.

III. Refleksi

Kita harus berharap pada kasih setia Allah, kasih setia-Nya secara umum, sekalipun kita tidak dapat menemukan satu janji khusus yang dapat kita pegang. Keyakinan yang disertai dengan kerendahan hati terhadap kebaikan sifat Allah sangatlah menyenangkan hati-Nya, karena ini mendatangkan kemuliaan bagi sifat (atribut)-Nya itu yang di dalamnya Dia teramat bermegah. Setiap orang yang terhormat suka dipercayai. Amin.

Tidak ada komentar:

Psalmen 113: 1-9

Bahan Sermon Jamita Minggu XIV Dung Trinitatis, 18 September 2022 “DIPATIMBUL DEBATA DO ANGKA NA DANGOL” (Psalmen 113: 1-9) Patujolo ...